-->

Ngeyel Mudik, Dua Pekerja dari Kalimantan Ditolak Istrinya Masuk Rumah



Ini bukan soal tega dan tidak, melainkan lebih pada kesadaran potensi kerugian yang lebih besar akan terjadi saat pandemi virus Corona. Karena ngeyel mudik, dua pekerja dari Kalimantan ditolak istrinya masuk ke rumah.

Peristiwa ini terjadi di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Penuturan Kades Sidorejo, Sukatmo (61), awalnya seorang ibu rumah tangga curhat suaminya menelpon memberitahukan mau mudik ke kampung halamannya. Namun sang istri menolak karena takut suaminya carrier atau membawa virus Corona dari Kalimantan.

"Si istri ini kan sering lihat TV. Jadi tahu perkembangan berita soal virus Corona. Apalagi di kecamatan sini sudah ada dua PDP, yang satu meninggal. Jadi istrinya takut karena di rumah dia hidup bersama dua anaknya yang masih kecil-kecil," tutur Sukatmo kepada detikcom, Kamis (16/4/2020).

Rupanya sang suami tidak bisa berpikir jernih terhadap pemikiran si istri. Bahkan suaminya mengancam akan menceraikan jika dia tidak diterima masuk rumah. Mendengar curhatan warganya itu, Sukatmo pun berjanji akan menyiapkan solusi jika suami warganya ngeyel pulang.

"Tiba-tiba Jumat (10/4) pagi, itu istrinya lari-lari ke rumah saya, bilang suaminya ngeyel pulang. Waktu kami berbincang, dari arah timur kelihatan sebuah truk Fuso. Terus istrinya itu teriak-teriak... lha niku lho, pak, truk e njenengan cepeng, ndang! (Itu lho, Pak, truknya, Bapak tangkap dia, cepat!) ," kata Sukatmo menirukan warganya memohon.

Sukatmo pun sigap bertindak. Bersama personel Hansip dan beberapa relawan COVID-19, truk dihadang dan dipaksa berhenti di depan Pasar Patok. Kemudian si sopir dan seorang kernet yang juga warga Sidorejo diangkut memakai mobil pikap menuju ke kantor desa.

Sukatmo mengaku dua warganya ini sempat ngomel-ngomel ketika dibawa ke kantor desa. Kata mereka, mereka sudah berulang kali diperiksa, kondisinya saat masuk kapal di pelabuhan Kalimantan dan saat turun di pelabuhan Semarang.

"Yo bengok-bengok ngono (Ya teriak-teriak) sama istrinya. Istrinya teriak, pokoknya harus dikarantina dulu selama 14 hari. Baru bisa kumpul keluarganya," imbuhnya.

Rupanya tindakan ibu dua putra ini disetujui ibu rumah tangga lain, istri kernet, teman si sopir truk Fuso tadi. Pihak desa telah menyiapkan lokasi karantina di SDN 4 Sidorejo. Ada empat ruangan lengkap dengan tempat tidur dan semua perlengkapan baru telah disiapkan.

"Sampai hari ini, di SDN 4 Sidorejo mengisolasi kolektif tujuh pemudik. Empat datang dari Malaysia, satu dari Semarang, dan dua dari Kalimantan. Lucunya, mereka satu sama lain tidak mau berdekatan. Satu ruang kelas itu hanya dipakai dua orang. Saling curiga, sama-sama takutnya gitu," ujar kades sambil terbahak.

Sementara itu, Camat Ponggok Purwanto menegaskan pemantauan para pemudik diperketat menjelang Ramadhan. Di Kecamatan Ponggok, yang merupakan zona merah COVID-19, disiapkan 15 lokasi karantina kolektif di tiap desa.

Relawan dari berbagai elemen masyarakat juga makin giat diberdayakan untuk memantau ODP atau PDP yang harus karantina mandiri di rumah masing-masing.

"Kami awasi terus, kalau tidak disiplin karantina mandiri, tindakan pertama diingatkan. Masih bandel, tindakan kedua dilaporkan pamong, biar RT-nya yang kasih pengarahan. Masih bandel, langsung kami amankan, kami bawa ke balai desa dimasukkan karantina kolektif desa," pungkasnya.


sumber : news.detik.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel